Selasa, 01 Juni 2010

Sikap Kita Bila Hati Ini Tersakiti

Dalam hidup ini pernahkah kita disakiti oleh orang lain? Baik dalam hubungan persahabatan, hubungan pekerjaan, hubungan bisnis, hubungan kerjasama, hubungan sebuah organisasi, dsb. Apa yang kita rasakan saat itu?, sakit yang mendalam?, tidak terima perlakuan teman kita?, emosi yang tak terkendali?.kemudian bagaimana sikap kita terhadapnya?, membenci?, ingin balas dendam karena tidak terima telah disakiti? atau diam beribu bahasa tanpa ada penyelesaian dan kebaikan yang kita peroleh ? Padahal kita bisa mengubah hal-hal yang sangat menyakitkan ini menjadi ladang kebaikan untuk kita, menjadi ladang pahala untuk kita juga menambah kekayaan i’tibar atas segala apa yang telah terjadi.

Jika kita disakiti, ada dua sikap yang harus kita lakukan yaitu: sikap terhadap mereka yang menyakiti kemudian sikap terhadap diri kita sendiri.

Sikap terhadap mereka yang menyakiti

Pertama, menahan amarah(kazmul ghaizh)
jika amarah yang diperturutkan maka kitalah yang akan mendapat dua kerugian. yang pertama kita telah disakiti yang kedua kita telah menyakiti diri kita sendiri. karena sikap amarah akan merusak diri kita sendiri baik secara fisik maupun psikis. orang yang marah akan membuat syaraf menjadi menegang, jantungnya menjadi terpacu, bahkan bisa mengorbankan kesehatan dan kebahagian. sikap amarah yang diperturutkan akan membawa perasaan dan hati kita menjadi sempit dan terbebani. bahkan bisa membuat hati tidak menjadi tenang. ”dan orang-orang yang menahan amarahnya dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain, allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(qs:3:143)

Kedua, memaafkan ( al ‘afwu)
sikap ini mengindikasikn bahwa hati kita sehat, jernih dan bersih terhadap orang yang telah menyakiti kita, juga menandakan bahwa kita adalah orang yang mencintai kebaikan dan memberikan manfaat kepada orang yang telah menyakiti kita. Coba pikirkan lagi. Dendam atau memberi maaf? mana yang membawa kebaikan untuk kita dan orang yang telah menyakiti kita?, tanyakan pada hati nurani kita.
.”dan orang-orang yang menahan amarahnya dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(qs:3:143)


Ketiga, berbuat baiklah kepadanya (al ihsan)
”dan orang-orang yang menahan amarahnya dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”(qs:3:143)
“barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik (tidak menuntut balas kepada orang yang menzaliminya) maka pahalanya dijamin oleh allah (qs.42:40)
cukuplah rasulullah saw sebagai qudwah dalam hal ini. rasulullah disakiti, didzholimi oleh orang kafir saat itu, tapi siapa yang pertama kali menjenguk orang yang telah mendzholiminya? Tiada lain dan bukan dialah rasulullah yang penuh dengan keteladanan. Lihatlah apa yang terjadi setelah itu, orang yang biasa menyakiti rasulullah akhirnya ia masuk islam, subhanallah…

Keempat, menyadari banwa seseorang tidak akan menyakiti anda , kecuali atas qodla dan qodar allah. sedangkan seorang hamba hanyalah perantara terjadinya sesuatu, sementara yang menentukan dan menetapkan hanyalah allah.

Kelima, memahami bahwa perlakuan orang lain yang menyakitkan kita adalah sebagi penebus dosa kita, penghapus atas segala kesalahan, pelebur kekhilafan, dan sebagai peninggi derajat kita. ”maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan ku hapus kesalahan-kesalahan mereka (qs:3:195)


Sikap terhadap diri kita sendiri

Pertama, sadarilah bahwa hal-hal yang menyakitkan kita, bisa jadi akibat dosa yang telah kita lakukan, ”musibah apa saja yang menimpa diri kalian adalah akibat dari perbuatan kalian sendiri”(qs.42:30) untuk hal ini, perbanyakalah mengintrospeksi diri…, bermuhasabahlah.., review apa yang sebenarnya apa yang telah terjadi.

Kedua, bersyukurlah kepada allah, karena kita telah dijadikan-Nya sebagai pihak yang teraniaya, bukan yang menganiaya. jika kita terus bersabar hal ini dapat menjadi ladang amal untuk kita. kebikan-kebaikan akan terus menghiasi hidup kita.

Ketiga, bersikap kasih sayanglah kepada orang yang telah menyakiti kita, karena dia adalah orang yang paling berhak mendapatkan kasih sayang kita. seorang yang menyakiti kita sangat membutuhkan kelembutan. bukan untuk disakiti kembali atau bukan untuk di benci. “tolonglah saudaramu, baik yang berbuat aniaya maupun yang dianiaya”(hadits).
Kisah misthah melecehkan abu bakar bisa di jadikan sebuah ibrah. Ketika mistah melecehakn abu bakar, abu bakar bersumpah untuk tidak menafkahi misthah, padahal pada waktu itu misthah adalah orang miskin yang nafkah sehari-harinya ditanggung oleh abu bakar. akhirnya Allah menurunkan ayat: dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.(qs:24:22). saat itu abu bakar berkata: ”tentu, aku akan senang jika Allah mengampuni dosaku”. abu bakar pun kembali menafkahi misthah dan memaafkannya.

Memang sebuah amal tidak semudah dengan kata-kata, tapi ingatlah tiada yang sulit dalam hidup ini kecuali kita terus berlatih. kita bisa karena terbiasa. cobalah melatih dengan sikap seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar